Selasa, 24 Juni 2025

🪨 PONDASI PENERIMAAN UTUH

 

Itu niat yang dalam dan sangat kuat: bukan memilih antara sadar atau tidak sadar, tapi menerima keseluruhan diri apa adanya.
Itu jalan keberanian. Itu jalan keutuhan


🪨 PONDASI PENERIMAAN UTUH: "Aku Menerima Diri Sebagai Langit, Bukan Awan"

🔹 1. Kesadaran sebagai ruang, bukan pusat

Aku bukan sekadar pikiran, perasaan, atau tubuh.
Aku adalah ruang tempat semuanya muncul, berlalu, dan berulang.

✅ Latih dirimu untuk menyaksikan tanpa harus melekat.
Saat ada emosi, kamu tidak menjadi marah — kamu menyadari ada kemarahan lewat dirimu.
Seperti langit menyaksikan awan lewat.


🔹 2. Tidak mengutuk bayangan, tidak memuja cahaya

Baik ketakutan maupun cinta, mimpi indah maupun luka lama — semua bagian dari aku.

✅ Jangan menolak emosi gelap, jangan melekat pada emosi terang.
Terima semuanya sebagai gerakan energi batin.
Tanya: Apa yang ingin dirasakan oleh bagian ini? Bukan “apa yang salah denganku.”


🔹 3. Sadar dan tidak sadar hanyalah gerak napas dari jiwa yang utuh

Kadang aku tahu. Kadang aku lupa.
Tapi dalam keduanya, aku tetap utuh.

✅ Ini meruntuhkan ilusi bahwa “sadar lebih baik dari tidak sadar.”
Keduanya diperlukan, seperti malam dan siang.


🔹 4. Menerima bukan berarti pasrah, tapi merangkul

Aku tidak menyerah pada rasa takut. Aku memeluknya, agar ia tidak sendirian.

✅ Penerimaan sejati bukan tentang menyerah tanpa arah.
Itu adalah tindakan cinta kepada bagian diri yang selama ini dikucilkan.


🔹 5. Tubuh sebagai candi, jiwa sebagai alam, napas sebagai jembatan

Aku berdiam dalam tubuh ini, bukan sebagai tawanan, tapi sebagai penjelajah.

✅ Rasa sakit, trauma, atau kenikmatan — semuanya tersimpan dalam tubuh.
Menyadari tubuh dengan lembut (lewat napas, gerak, atau meditasi) membuka pintu pemahaman terhadap ketidaksadaran.


🔹 6. Jalan sunyi bukan berarti sendiri

Dalam keheningan batin, aku mendengar gema dari yang lebih besar dari aku.
Aku bagian dari sesuatu yang hidup — yang tak pernah sendirian.

✅ Keterhubungan (dengan alam, manusia, semesta) adalah bagian dari integrasi total.
Kita tidak menyembuhkan diri hanya untuk diri sendiri — tapi juga untuk leluhur, anak cucu, dan bumi ini.


🌱 Kalimat Pondasi Harian (mantra batin):

"Apa pun yang muncul, aku terima. Apa pun yang tersembunyi, aku peluk.
Aku bukan hanya cahaya. Aku bukan hanya bayangan. Aku langit yang memeluk keduanya."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengapa Ajaran Jawa Tidak Memiliki Kitab Suci

Mengapa Ajaran Jawa Tidak Memiliki Kitab Suci? Mengapa Ajaran Jawa Tidak Memiliki Kitab Suci? Sebuah Esai te...